Menentukan Durasi Pelatihan
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penentuan durasi pelatihan, seperti faktor pemahaman peserta, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pelatihan, teknologi yang digunakan, kondisi atau ketersediaan waktu peserta, dan lainnya. Sehingga sebenarnya jawaban atas pertanyaan diatas adalah “it depends” alias tergantung.
Namun demikian ada beberapa cara yang umum dilakukan untuk menentukan durasi kegiatan pelatihan.
1. Objectives Constrain
Cara ini merupakan cara yang paling ideal, dimana faktor kondisi peserta, sarana, teknologi, dan metode benar – benar diperhatikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan menggunakan cara ini, maka tidak ada durasi pelatihan yang baku. Durasi keseluruhan sangat tergantung dari berapa lama pencapaian tujuan pembelajaran per subject (pokok bahasan) dapat dicapai.
Di tempat A durasi training bisa berlangsung 3 hari. Namun di tempat B karena berbeda peserta, dan sarana kurang mendukung maka diperlukan waktu 5 hari untuk mencapai seluruh tujuan pembelajaran.
Trainer dapat “memotret” dan mengambil pola dari setiap kondisi yang berbeda – beda itu. Sehingga jika ada kasus serupa maka bisa langsung mengestimasi durasi training secara keseluruhan. Pemotretan ini bisa juga dilakukan dengan menggunakan aktivitas pilot yang berbeda – beda (sesuai kondisi / kemungkinan) sehingga benar – benar bisa diukur berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan training di setiap kondisi tersebut.
2. Work-Hour Constrain
Banyak perusahaan menggunakan cara ini untuk menentukan waktu training untuk karyawannya. Tiba – tiba saja trainer disodori durasi training 1 hari atau 2 hari, dengan durasi per harinya 7 jam (mengikuti jam kerja).
Wajar juga sih, mungkin perusahaan tidak mau jika hasil atau kinerja yang sudah diperhitungkan harus dicapai dalam sekian hari tidak boleh terganggu gara – gara ada kegiatan bernama training.
Namun dari sini dapat kita pahami training diposisikan sebagai investasi pendukung kinerja, atau sebatas biaya dan kewajiban semata.
3. Learning Gain
Kita tentu paham bahwa pembelajaran memerlukan waktu yang tidak singkat. Pelajaran yang didapat dari training memerlukan pemahaman, pembandingan, penilaian, hingga pengendapan, sebelum akhirnya dapat benar – benar diaplikasikan secara total.
Namun disisi lain dapat kita pahami bahwa karyawan tidak punya waktu terlalu banyak untuk mengikuti training didalam kelas yang durasinya bisa ber hari – hari.
Cara yang ketiga ini memperhatikan dua aspek tersebut, sehingga penekanannya lebih kepada metode training yang digunakan. Misalnya trainer atau training designer dapat membagi training menjadi 2 program.
Yang pertama adalah program training dengan durasi sebagaimana ditetapkan perusahaan (1 atau 2 hari), dengan bahasan pada kompetensi pokoknya. Yang kedua adalah program implementasi training, dimana secara berkala dan durasi harian yang singkat trainer memberikan bantuan bagi peserta untuk mengimplementasikan pembelajaran yang didapat dalam program trainingnya. Sebutlah seminggu sekali dalam kurun satu bulan untuk program yang kedua ini.
Intinya, peserta tetap diberi kesempatan belajar dan memahami pelajaran – pelajaran untuk membantu meningkatkan kompetensinya.
Atau bisa juga metodenya berupa Micro-Learning (bisa disimak di tulisan Micro-Learning). Sehingga pembelajaran berlangsung kontinyu sesuai kebutuhan peserta.
4. Industrial Ratio
Yang terakhir adalah dengan memanfaatkan survey – survey yang dilakukan oleh kelompok – kelompok industri. Seperti halnya yang pernah dilakukan oleh ASTD (American Society for Training and Development), dimana waktu training yang diperlukan per pokok bahasan atau per sub tujuan pembelajaran berkisar antara 45 menit sampai 60 menit.
Jadi jika ada 4 sub tujuan pembelajaran yang perlu dicapai, maka waktu trainingnya 60 menit dikalikan 4
Referensi:
– Muhammad Isman, Menentukan Durasi Pelatihan, https://artikeltraining.wordpress.com